SEKOLAHNOKEN.COM– Insiden longsor di area pertambangan bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) milik PT Freeport Indonesia (PTFI) pada 8 September 2025 masih menyisakan tujuh pekerja yang terjebak.
Peristiwa ini sekaligus memicu kritik dari Yayasan Ekologi Noken Papua terkait mitigasi bencana perusahaan tambang tersebut.
Pemimpin Yayasan Ekologi Noken Papua , Titus Pekei, mempertanyakan apakah potensi lumpur dan longsoran sebesar itu sudah diperhitungkan dalam desain tambang sejak awal.
“Lumpur sebesar itu, apakah sudah masuk dalam desain tambang sebelumnya atau tidak?” kata Titus dalam keterangan pers, Senin (15/9/2025).
Ia menilai longsor bukan hanya peristiwa alam, melainkan berkaitan dengan tata kelola pertambangan.
Dampaknya dinilai serius, diantaranya kehilangan nyawa manusia, cedera, trauma, kerusakan habitat, pencemaran air dan tanah, hingga risiko bencana berulang akibat perubahan geomorfologi.
“PTFI adalah perusahaan multinasional yang beroperasi di atas tanah suku Amungme. Mengapa potensi lumpur besar tidak diperhitungkan sejak awal pembukaan tambang?” tegas Titus.
Menurutnya, material longsor dapat bercampur dengan limbah tailing yang mengandung logam berat, lalu mencemari sungai dan tanah.
Sedimentasi juga mengancam kualitas air serta ekosistem perairan.
Ia memperingatkan kampung sekitar tambang, seperti Banti, semakin rentan bencana jika mitigasi tidak dilakukan serius.
Titus menyarankan agar PTFI dan pemerintah daerah segera melakukan pemetaan kerentanan longsor, survei geologi, serta memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dan pekerja tambang.
Ia juga mendesak perusahaan untuk aktif dalam pemulihan infrastruktur pasca-bencana dan pengelolaan limbah tambang.
Untuk diketahui, dari sejumlah media yang memberitakan longsor freeport ini, PTFI menyatakan masih fokus menyelamatkan tujuh karyawan yang terjebak.
VP Corporate Communications PTFI, Katri Krisnati, menyebut tim tanggap darurat bekerja siang malam dengan bantuan alat berat, bor, dan drone.
“Hingga saat ini tim penyelamat masih terus bekerja tanpa henti untuk membuka akses menuju lokasi perkiraan keberadaan karyawan,” ujarnya, Sabtu (13/9/2025).
Hingga kini, tim gabungan PTFI, Kementerian ESDM, MIND ID, Freeport-McMoRan, serta pemerintah provinsi masih melakukan operasi penyelamatan di lokasi tambang bawah tanah tersebut. (*)